Setelah ada panggilan ortu untuk menjadi TKI aku pun pulang Sintang, dan mulai mengurus segala persyaratan dan paspor.
Biaya TKI ini sekitar 6 juta rupiah waktu itu, dan rencananya sisa uang jual rumah yang masih ada dijadikan biaya untuk ku ber-TKI.
TKI kali ini tujuannya adalah Brunei Darussalam (pernah aku ceritakan disini tentang 45 hari jadi TKI).
Aku dijanjikan gaji 2 juta rupiah kerja di toko elektronik di Brunei. Senangnya dalam hati, karena berlipat-lipat dibanding gajiku kerja di Indonesia..
Namun sial, aku ketipu, karena aku tidak dikerjakan di toko elektronik, tetapi menjadi pekerja kasar di gudang marmer yang setiap hari berjemuran hingga hitam sebanding negro.
Memang sih gaji disini juga sekitar 2 juta, dan aku juga sanggup sama kerjaannya ini, walau sebelumnya gak pernah kerja kasar (soal semangat gaji nya besar :) )
Tetapi barang-barang dan kebutuhan pokok disini sangat mahal, misalnya untuk makan di toko makan, jika Di Indonesia dengan lauk pauk seadanya bisa dapat sekitar Rp.6.000 waktu itu, maka disini harganya mencapai Rp.12.000. Sebungkus indomie di Indonesia saat itu hanya Rp.800/bungkus, di Brunei mencapai Rp.1500/bungkus. Begitu juga secangkir kopi di warteg, Indonesia bisa dapat seharga Rp.1000/cangkir, di Brunei $1 (Rp.5000/cangkir.)
Walau gaji lebih besar pengeluaran pun besar juga, karena bos tidak menanggung biaya makan. Hitung-hitung waktu itu satu bulan hanya bisa simpan Rp.750ribu bersih.
Di Brunei aku banyak berkenalan dengan orang-orang dari negara lain juga dari Indonesia yang juga cari nafkah disini..paling banyak orang Jawa (mayoritas pekerja bangunan dan pemborong jalan), Kemudian Thailand, India dan Philipina dan sebagian kecil dari Malaysia.
Namun dari segi pekerjaan orang Philipina paling enak kerjanya, karena mereka rata-rata kerja kantoran. Ya ini mungkin karena mereka sedikit lebih maju dalam hal pendidikan dan penguasaan bahasa Inggris yang bagus.
Brunei ini cukup enak sebagai tempat tinggal menurut aku, karena sangat aman (hanya jauh lebih panas dibanding di Indonesia). Kita pun harus menjaga sopan santun. Misalnya jika kita iseng goda-goda cewek dan sebagainya, bersiul dsb. Jika orang itu merasa terganggu bisa saja kita langsung dilaporkan ke pihak yang berwajib..dan bisa menerima hukuman cambuk..
Begitu juga pada malam hari, sepertinya tidak bakal bisa menemukan istilah premanisme dsb.
Rata-rata perekonomian orang Brunei jauh diatas Indonesia. Satu rumah rata-rata sudah stand by mobil pribadi beberapa buah. Maklum harga mobil disini murah..aku pernah lihat sebuah mobil sedan dengan kondisi masih sangat bagus dengan tulisan For Sale $1000 ringgit Brunei (+/-Rp.5jutaan. Kurs saat itu 1 ringgit = Rp.5000-an ).
So, sangat sulit sekali melihat yang namanya sepeda motor.
Tapi karena waktu itu kerja TKI ilegal, maka hal paling heboh adalah ketika ada kabar razia terhadap pekerja asing..maka saat itu sudah siap-siap kabur dan bersembunyi ditempat yang aman..dan ini terjadi beberapa kali..so, aku di ingatkan untuk selalu waspada terutama malam hari di jam-jam istirahat. Jika pekerja asing ilegal tertangkap maka hukumannya saat itu adalah hukuman cambuk..
Untuk yang membawa mobil tanpa perlengkapan surat-surat seperti SIM, hukumannya bertahap. Aku sudah agak lupa, tapi kalau tidak salah jika pertama kali tertangkap di peringatkan, kedua kali denda $100, ketiga kali denda $1000, keempat kali di cambuk dan kelima kali di penjara..itulah sistem sangsi untuk pelanggaran lalu lintas tanpa surat yang lengkap di Brunei.
Nah setelah kerja sekitar 1 bulan lebih, bos ku berencana memasok marmer baru dari negara China (sebelumnya produk impornya banyak dari Malaysia dan China). Untuk rencana ini bos telah membuat gudang baru. Dan aku hendak di angkat menjadi kepala gudang untuk marmer itu.
Benar-benar aku belum siap menerima tanggung jawab ini.
Gudang ini letaknya sangat jauh, hampir mirip gudang didalam hutan. Rumah dikiri kanan yang ada hanya satu dua buah, itupun sejenis kos pekerja. Sisanya masih mirip hutan. Untuk bisa keluar dari sana setidaknya harus berjalan kaki sekitar setengah jam hingga jalan raya. Itupun belum tentu bisa bertemu dengan kendaraan umum karena kabarnya kendaraan umum hanya lewat daerah ini satu kali sehari. Betapa sulitnya cari makanan didaerah ini.
Pernah aku tanyakan kebawahan bos tentang gimana aku makan nantinya, eh malah aku disaranin beli kalengan banyak-banyak untuk stok..weleh...(*emang bagus buat kesehatan?*)
Selain alasan itu, aku juga baru kerja 1 bulanan dan belum berpengalaman apalagi dikasih tanggung jawab sebesar ini. Dan yang sulit jika sampai ada barang yang pecah aku harus siap potong gaji.. Walah barang seperti kloset harganya mencapai hampir 1 juta/buah..
Herannya, kok aku yang baru kerja 1 bulan yang dipilih bos jadi kepala gudang? Kenapa tidak karyawan dia yang lain, yang sudah pengalaman dan kerja bertahun-tahun disana.
Aku dengar sih bos memang ingin merombak jajaran karyawan dia, karena dia ingin 'menyingkirkan' orang-orang lama, terutama dari Philipina karena terlalu vokal dan berani mematuhi perintah bos..dan bos sudah mulai menaruh rasa tidak percaya kepada beberapa karyawannya yang lama yang memiliki posisi cukup bagus di sana.
Mungkin itu alasannya kenapa aku hendak dijadikan kepala gudang.
Namun aku benar-benar tidak bisa terima jabatan ini, dan jika aku sampaikan ke bos paling bos coba yakinkan ku saja.
Akhirnya ku telpon ortu dan berkonsultasi. Ya akhirnya dari pemikiran yang panjang aku memilih pulang Indonesia dengan satu-satunya jalan berbohong pada bos..
Bos aku ini menurutku benar-benar konglomerat kaya. Dia punya banyak usaha marmer ini dibeberapa negara, seperti di China, Malaysia, dan Brunei. Terakhir aku dengar dia mau kembangkan usahanya lagi di negara Philipina, Indonesia dan Thailand.
Beliau termasuk sosok yang hebat, karena menurut ku umur beliau barangkali baru 30an tahun tapi sukses luar biasa, dia juga menguasai banyak bahasa didunia, seperti bahasa Inggris, Mandarin, Hokkian, Khek, Tio ciu, Thailand, Jerman dan beberapa bahasa lain..
Nah itulah secuil kisah lanjutan pengalaman hidupku, terutama didunia TKI.
Yap selanjutnya dibagian berikutnya tentang berbohong itu dosa :D dan petualangan selama perjalanan pulang Brunei-Malaysia-Indonesia..
Bersambung...
Postingan terkait
perjalanan hidupku (bagian 1)
perjalanan hidupku (bagian 3)
Add to: , , , , , , , , , ,
waaaah...brsambung lagiiiih...............!!!!! hayoooo cpt2 dlanjutin mas... dtunggu nih...:)
ReplyDeleteJadi TKI emang ada enak dan ga enaknya, tapi seenak tinggal di negeri orang masih asik di negeri sendiri.
ReplyDeleteJadi kalo mau menghitung salary, sebaiknya dibandingin dulu dengan biaya hidup di tempat yang bersangkutan, ya? Biar impas dan nggak nombok.
ReplyDeleteDitunggu cerita lanjutannya!
btw, seenak-enaknya hujan emas di negeri orang lebih enak hujan emas di negeri sendiri, ya?
ReplyDeleteLoh, kok sama-sama emas-nya? :)
@ngga...aduh aku juga jadi gak sabaran nih posting lanjutannya hehehe
ReplyDelete@putra eka..iya mas, sebenarnya kerja itu tergantung juga kita melihat peluang..gak perlu sampai ke negeri orang kalo kita bisa jeli
@vina revi...ya seharusnya emang musti hitung juga biaya pengeluaran di negeri orang..kalo masuk gede keluar gede..impas juga..walau namanya gaji lebih besar tapi hasil juga gak lebih besar..benar enakkan cari emas di negeri sendiri :)
bosnya cewek atau cowok?
ReplyDeletegile, hebat bener?!! umur brapa?
menarik neh crita hidupnya mas toni...lanjuuuuutttttttttttt
ReplyDelete@devita..bos nya co tapi sudah berkeluarga hehehe..umurnya kira-kira 35an deh kalo aku tafsir..tapi tajir banget..sekali beli mobil 5-6 buah lagi, punya banyak usaha marmer dibeberapa negara..gila bener umur segitu bisa sukses kayak gitu.. *jeles mode on*
ReplyDelete@bilah9..ok pasti ada mas kelanjutannya :)
kesimpulannya : gaji gede = pengeluaran gede makanya harus itung2an dulu sebelum kerja, btw pastinya lebih asyik buka rental PS kan Ton, bisa sekalian main game juga.... ^_^
ReplyDelete@nina...yap setuju :) buka rental enaknya usaha punya sendiri, atur sendiri..hasil lumayan..tapi gak enaknya..aku harus kerja ekstra dari pagi hingga malam sampai jam 10-11 malam..karena hasil siang-malam seimbang banyaknya :)
ReplyDeleteKendor dech semangatku ke brunei
ReplyDeletewohoho dasat amat perbelanjaannya ya..hmmm..
ReplyDeletemaapkan daku, ketinggalan beberapa penggal ceritanya. btw, kupikir, brunai memiliki UU soal kekerasan dalam memberi hukuman lho mas. kalo dah taraf ke penyiksaan fisik(cambuk dan ddlnya itu), berarti apakah mereka gak memiliki UUD itu. ataukah kayak dinegara kita, yg tak menerapkan UUD dengan benar?
ReplyDelete@bash...aku gak ngerti nih dasat itu apa..
ReplyDelete@kristina dian safitry...aku juga gak tau mbak...cuma waktu itu semua pada bilang kalo pekerja ilegal ketangkap hukumannya hukum cambuk
@anak berbakti..kok kendor semangatnya? kan nasib masing2 orang lah..siapa tahu kamunya yang sukses di sana
ReplyDeletehello...
ReplyDeletesalam damai blogger mania...
saya blogger pemula nih..
Tolong saran & bantuannya ya...
Alamat saya di (http://universal-computer.blogspot.com)
Thx
@mr. noldy...aku juga sama mas baru..aku baru agak aktif di blog sekitar 3-4 bulan lalu nih..so sama-sama belajar ya mas..
ReplyDeleteLebih enak itu bekerja di negeri sendiri pak?? kan ada pribahasanya: Hujan emas di negeri orang lebih baek hujan batu di negeri sendiri???
ReplyDeleteDi sini lebih enak makan gak makan asal kumpul???? lho kok kayak judul lagu ya??? kekekkekkkk
mas ton seru juga kisah hidupnya.., saya salut buat mas tony .. jangan lupa kelanjutannya,hehehe
ReplyDelete@Rizky...setuju, seenak-enak nya negeri orang, lebih enak negeri sendiri..soal udah pernah ngerasakan pahitnya dinegeri orang :)
ReplyDelete@eiven gusky...aku gak berharap lagi pengalaman buruk seperti ini terulang..ditunggu aja mas lanjutan ceritanya :)